Lahan Basah Buatan untuk pengelolaan Air Asam Tambang
(Constructed Wetlands for Acid Mine Drainage Treatment
)

LATAR BELAKANG
Pencemaran air di Indonesia hingga saat ini belum dapat diatasi akibat cepatnya perkembangan pembangunan yang tidak diimbangi dengan upaya-upaya yang memadai dalam mengurangi pencemaran air limbah. Pencemar air limbah domestik dan limbah industri sama sama sebagai penyumbang dalam pencemaran air yang besar.
Pembersihan air limbah industri maupun limbah rumah tangga dengan instalasi pengolah limbah (IPAL) memerlukan biaya  mahal dan sulit dioperasikan.

Pencemaran air limbah dari industri pertambangan yang sangat besar,  akibat perkembangan industri pertambangan yang sangat cepat pada decade ini, sehingga diperlukan sistem pengolah air limbah pertambangan yang murah, mudah dioperasikan dan hasil pengolahan yang memadai.

LAHAN BASAH BUATAN (Constructed Wetlands)
Lahan basah buatan (constructed wetlands) adalah sebuah kompleks rancangan buatan manusia yang terdiri dari subtract, tanaman, hewan dan air yang meniru lahan basah alami untuk kegunaan dan keuntungan manusia (Hammer, 1989).  Lahan basah buatan adalah system alternative dengan  menggunakan teknologi sederhana dan pendekatan baru untuk menurunkan pencemaran lingkungan dengan bantuan mikroorganisme dan tamanan. Lahan basah buatan untuk mengolah air limbah dicoba pertama kali di Jennan oleh Seidel dan Kickuth pada tahun  1960an.
Sistem lahan basah buatan cocok diterapkan di negara berkembang dimana lahan dan sumberdaya manusianya masih relatif banyak, dan modal yang diperlukan relatif sedikit. Biaya pembuatan dan operasional lahan basah buatan relatif murah dibandingkan dengan sistem pengolah limbah lainnya, serta operasional dan perawatannya juga mudah (Martin dan Johson, 1995)

Perkembangan industri pertambangan yang sangat cepat di Indonesia telah mengakibatkan pencemaran air limbah dari industri pertambangan yang sangat besar.  Untuk itu diperlukan sistem pengolah air limbah pertambangan yang murah, mudah dioperasikan serta hasilnya memadai untuk mengolah limbah air pertambangan.
Lahan basah buatan sebagai alternatif yang tepat untuk mengolah air limbah pertambangan dengan pertimbangan :

  • Sistem pengolah air limbah yang murah dan mudah dioperasikan.
  • Hasilnya tidak kalah dengan sistem pengolah air limbah yang canggih.
  • Tidak memerlukan perawatan rumit karena dasar pengoperasiannya sama dengan pertanian.
  • Tidak diperlukan teknisi khusus untuk mengoperasikan.
  • Sistem berkesinambungan secara alami (environmental sustainable) karena menggunakan energi matahari dan tumbuhan.
  • Dapat digunakan untuk menurunkan logam dalam air (Iron, Manganese, Cadmium, Copper, Zinc, Uranium, etc), sulphate, acidity dan suspended solid dari limbah pertambangan.
  • Dapat diterapkan untuk limbah yang dapat diolah  oleh kombinasi proses biologi dan fisika.
  • Design lahan basah  yang dipakai disesuaiakan dengan limbah yang akan diolah didasarkan dari tujuan dari sistem  lahan basah yang akan dipakai.

Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan  untuk penerapan system lahan basah antara lain :

  • Merupakan sistem pengolahan air limbah yang cocok untuk daerah tropis dan negara berkembang seperti Indonesia, karena murah, mudah dioperasikan dan dirawat serta berkelanjutan (MEUTIA, 2000)
  • Kemampuan ekosistem lahan basah menurunkan kadar bahan pencemar (seperti nutrien, logam, dan senyawa-senyawa organik) dalam badan air yang melaluinya telah menjadikannya sebagai salah satu pilihan dalam pengolahan air limbah dalam dua dekade terakhir ini (DEBUSK etal, 1996, MEUTIA, 2000).
  • Penyisihan logam berat dalam lahan basah buatan, secara garis besar merupakan gabungan dari proses fisika-kimia lingkungan dan proses biologis. Menurut OBARSKA-PEMKOWIAK (2000), penyisihan logam berat dalam lahan basah disebabkan oleh adsorpsi pasif ion-ion logam oleh tanaman, pengikatan oleh mikroorganisme dan pengendapan logam berat sebagai senyawa karbonat dan sulfida sebagai hasil dari reaksi redoks.

Rancangan lahan basah buatan untuk pengolah air limbah pertambangan dapat mencakup :

  1. Ukuran lahan basah untuk air limbah dengan laju aliran tertentu, mass loading dan rancangan yang diinginkan.
  2. Struktur masukan (inlet) dan keluaran (outlet) untuk mengontrol muka air, recycling, pengalihan dan pembagian aliran air dalam lahan basah.
  3. Konfigurasi aliran dalam cell  lahan basah pararel atau seri.
  4. Variasi kedalaman di dalam dan antar cell lahan basah untu keperluan keanekaragaman habitat (apabila diperlukan), pembagian aliran yang lebih baik, serta pembersihan terhadap bahan pencemar.
  5. Penanaman lahan basah secara detail, termasuk pemilihan spesies tanaman, densitas tanaman dan variasi spesies tananman
  6. Rencana operasional dan pemeliharaan lahan basah

Studi lahan basah buatan sebelum dibuat lahan basah yang sesungguhnya, sangat diperlukan untuk membuat lahan basah yang efektif untuk mengolah air limbah pada pascatambang. Studi lahan basah tersebut diantaranya identifikasi dan pemilihan vegetasi tanaman,  rekomendasi tanaman pada lahan basah yang sesuai, pengelolaan penanaman pada lahan basah.  Tipe dan luasan lahan basah  buatan yang akan  dibuat  dilakukan melalui tahapan percobaan pembuatan lahan basah  (wetlands trials) sesuai dengan tujuan dan karakteristik pertambangan yang terkait.

Studi lahan basah buatan yang baik akan menghasilkan rekomendasi yang efektif dalam pengelolaan air limbah pertambangan, serta dapat memenuhi kriteria keberhasilan dan regulasi baku mutu kualitas air pada pascatambang, sehingga dapat pekerjaan yang berkepanjangan untuk pengelolaan air pada pascatambang dapat dihindari.